Jumat, 24 September 2010

NOSTALGIA KOMUNIKASI DENGAN PESAWAT HOMEBREW


Komunikasi di band 3,5 Mhz dengan pesawat "HOMEBREW"
(bag.1)

Brew arti kata dengan terjemahan bebas adalah mencampur dengan dipanaskan ( untuk minuman ). Jadi istilah home brew mungkin artinya membuat sendiri dengan mencampur2 komponen seadanya. Keinginan kuat untuk berkomunikasi dengan sesama rekan sehobby, menimbulkan semangat kebersamaan , saling membantu, apa saja, pengetahuan ,barang2 kebutuhan , komponen radio untuk mewujudkan proyek transmitter untuk komunikasi di Amatir band 3,5 mhz atau 80 m.

 Pada jaman itu kalau saya boleh mengatakan adalah jaman yang sulit, artinya dibandingkan dengan keadaan sekarang.Barang2 elekronik belum banyak masuk ke Indonesia, apa lagi component, spare part untuk amatir radio. Adapun yang akan dijadikan proyek adalah pemancar / transmitter dengan pancaran thelephoni, dengan power untuk kelas Siaga – D (delta) 10 watt. Dengan berbekal radio listrik kuno masih memakai lampu tabung yang sudah tidak digunakan lagi dibongkar untuk sebagian componennya digunakan untuk pembuatan transmitter amatir radio . Dengan bermodal tekad dan theori buku2 bacaan yang mungkin banyak cetakan yang salah, mulai merakit sesuai dengan petunjuk buku.
Setelah ready semuanya tibalah saatnya untuk mencoba. Penuh rasa was2 dan kechawatiran,dan harapan. Ketika dinyalakan dan hasilnya, memang pancaran gelombang radio sudah terjadi dengan indikasi di radio monitor yang digunakan telah menerima signal radio yang kuat dan lampu neon untuk indikator rf menyala. Antara senang dan gugup, karena freq melebar sepanjang radio penerima terganggu sinyal liar semua. Setelah kesana kemari cari tahu kebetulan ketemu rekan sesama hoby achirnya dilakukan pembenahan dan selesailah sudah satu pemancar dua stage / tingkat berkekuatan +/- 10 watt dengan catu daya trafo 300 ma tegangan voltase 250 vol. dengan tabung lampu 6V6 untuk oscillator pembangkit signal rf, dan 6L6 untuk final, penguat achir. Pada saat itu masih diperlukan modulator supaya pemancar dapat digunakan komunikasi dengan telefoni / pembicaraan. Achirnya diakalin dengan penguat achir pakai tabung,sedangkan pre amp memakai transistor, sedangkan radio penerima menggunakan radio transistor yang biasa untuk mendengarkan ketoprak, dengan dimodifikasi sedikit ditambah S. meter atau signal meter ,yang dibuat dari VU meter, supaya bisa kelihatan kalau ada signal masuk. Sudah siap semua, masih ada lagi untuk menyalurkan rf signal keudara perlu antenna ,kalau freq nya 80 m, berarti antenna dengan 1/2 gelombang butuh panjang sekitar 40 m ,tidak begitu masalah karena rumah ortu saat itu masih luas halamannya , setelah dengan susah payah menaikkan antenna yg kayak jemuran sepanjang 40m’ tiba saatnya mencoba.
Coba mengudara dengan alasan testing perangkat mencoba dengan microfon test 1,2. Karena mau memanggil ijin belum keluar jadi masih dianggap radio gelap. Hanya test 1, 2. Sambil di benah2-I pengkabelannya supaya besok kalau ijin sudah keluar tinggal pancarkan saja. Setelah beberapa saat tas tes, tas tes. Direciver ada yang menyahut mempersilahkan untuk menyebutkan callsign dan lokasinya. Antara takut dan kegembiraan yang meluap terjadilah komunikasi yang pertama. Saat yang tak bisa terlupakan.terjadilah komunikasi dengan rekan se lokal dan masih sama2 belum punya izin mengudara, itupun tidak berani lama2 berkomunikasi, kalau ada senior yang memonitor mesti ditegor. Karena untuk menjadi operator Amatir Radio harus ada lisensi yang dikeluarkan oleh Telkom, melalui ujian kecakapan mengenai Amatir Radio dan Electronika , kode morse. Tiba sa’atmya untuk mencoba komunikasi dengan rekan luarkota yang pada saat itu belum begitu banyak yang muncul...............bersambung.

0 komentar:

Posting Komentar